TUGAS GEOLOGI INDONESIA
OLEH:
Kelompok IV
Geogarfi B 2013
Sahrul H. Banat
Frangki Maswito Usman
Taufik Abdullah
Dwi Fitri Muna Indasari
Ni Kadek Sriyanti
Selvita R.M Taid
Dosen Pembimbing
Intan Noviantari Manyoe, S.Si., M.T
Program Studi S1 Pendidikan Geografi
Jurusan Ilmu & Teknologi Kebumian
Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
Pulau Sulawesi
terletak pada zona pertemuan diantara tiga pergerakan lempeng besar yaitu
pergerakan lempeng Hindia Australia dari selatan dengan kecepatan rata 7
cm/tahun, lempemg Pasifik dari timur dengan kecepatan sekitar 6 cm/tahun dan
lempeng Asia bergerak relatif pasif ke tenggara. Posisi Sulawesi yang berada
pada kawasan lempeng tektonik microplate sangat rawan terhadap gerakan dan
benturan ketiga lempeng bumi tersebut yang akan menimbulkan fenomena geologi
dan dampak merugikan pada kehidupan manusia, terutama ancaman gempa dan tsunami
yang disetiap saat dapat terjadi. Perkembangan tektonik di kawasan Pulau
Sulawesi berlangsung sejak zaman Tersier hingga sekarang, sehingga Pulau
Sulawesi termasuk daerah teraktif di Indonesia dan mempunyai fenomena geologi
yang kompleks dan rumit.
Dari gambar di atas dapat di lihat sebagian besar daerah Slawesi
Utara merupakan wilayah yang rawan bencana alam, antara lain: Banjir,
Gempabumi, Kebakaran Permukiman, Kekeringan, Cuaca Ekstrem, Longsor, Gunungapi, Abrasi, Kebakaran Hutan dan Lahan, Konflik Sosial. Daerah yang
paling rawan terkena bencana alam adalah kepulauan Talaud dan kota minahasa.
Untuk daerah Kota mobagu dan bolaang mongondow termasuk daerah yang rendah
terkena bencana alam.
Sulawesi utara juga mempunyai gunung
api, yaitu gunung lakon, Tercatat pernah meletus pada 1991 Gunung Lokon pada
Oktober 1991 pernah meletus yang menimbulkan kerugian material mencapai Rp 1
miliar. Ribuan jiwa penduduk di Desa Kakaskasen I, Kakaskasen II, Kinilow dan
Tinoor, ketika itu setempat diungsikan besar-besar ke sejumlah daerah yang
dinilai tidak rawan karena atap ribuan rumah penduduk hancur dihantam batu dan
debu setebal 15 sampai 20 cm. Dalam musibah tersebut, seorang wisatawan asal
Swiss, Vivian Clavel yang berkunjung saat terjadi letusan hebat itu tidak dapat
ditemukan. Ia dipastikan tewas tertimbun longsoran lahar dingin.
Kamis, 14 Juli 2011 pukul 22:45 WITA
gunung Lokon di kawah Tompaluan meletus dengan lontaran material pijar, pasir,
dan hujan abu setinggi sekitar 1.500 meter.[6]. Selanjutnya, letusan kembali
terjadi pada Jumat dini hari sekitar pukul 01.30 Wita dengan lontaran material
vulkanik setinggi 600 meter. Letusan ini mengakibatkan lebih dari 10.000 warga
di beberapa desa, di antaranyaKinilow, Tinoor, dan Kakaskasen mengungsi ke
Tomohon atau Manado. Sedikitnya dalam sehari setelah letusan telah dua warga
meninggal sebagai akibat tidak langsung dari letusan.
Gempa yang perna
terjadi pada 28 Januari 2005 membuat
banyak orang mengungsi karena kuatir terjadi tsunami. Dampak gempa bukan saja
menewaskan dua warga akibat panik, yang lebih menggegerkan lagi terjadi patahan
tanah di dua wilayah Pulau Seram tepatnya di Kecamatan Tehoru dan Elpaputih.
Hampir
semua provinsi Sulawesi Barat merupakan wilaya yang rawan bencana alam,
tercatat gempa berkekuatan 5,6 pada Skala Richter mengguncang Provinsi Sulawesi
Barat, pada tanggal 08 februari 2015, Pusat gempat berada di Barat Laut kota
Majene, Sulawesi Barat, pada kedalaman 33 kilomete,
Selain
itu sulawesi barat juga memiliki ancaman bencana alam Banjir, Kebakaran Permukiman, Kekeringan,
Cuaca Ekstrem, Longsor, Abrasi, Kebakaran Hutan dan Lahan, Konflik Sosial,
Epidemi dan Wabah Penyakit. Daerah polewali mandar, mamuju, mamasa, dan majene,
merupakan daerah yang rawan terkena bencana alam.
Keadaan
geografis Provinsi Sulawesi Selatan cukup beragam karena daerah ini memiliki
beberapa sungai, danau dan pegunungan. Jumlah sungai yang mengaliri wilayah
Sulawesi Selatan tercatat sekitar 65 aliran sungai, dengan jumlah aliran
terbesar berada di Kabupaten Luwu, yakni sebanyak 25 aliran sungai. Sedangkan
sungai yang berada di Kabupaten Gowa dikendalikan oleh bendungan Bili-bili. Provinsi Sulawesi Selatan adalah salah satu Provinsi
di Indonesia yang terletak di jazirah selatan Pulau Sulawesi, dengan luas
4.611.845 ha (42% dari luas seluruh Pulau Sulawesi) dan memiliki tingkat
kepadatan penduduk sekitar 165 jiwa per km persegi26.
Sama
seperti provinsi sulawesi barat, suteng juga merupakan daerah rawan bencana
alam Banjir, Gempabumi, Kebakaran Permukiman, Kekeringan, Cuaca Ekstrem,
Longsor, Abrasi, Gagal Teknologi, Konflik Sosial, Epidemi dan Wabah Penyakit.
Dimana untuk wilaya Gowah, Tanah Toraja, Soppeng dan wajo merupakan daerah yang
memiliki ancman bencana alam tinggi.
Sulawesi Tengah memiliki luas
wilayah 68.059,71 km2, dengan angka kepadatan penduduk mencapai 39 jiwa per km
persegi27. Wilayah provinsi ini meemmpunyai sekitar 25 gunung yang memiliki
ketinggian lebih dari 2.000 meter.
Gunung
Colo yang tingginya 507 meter dari permukaan laut, terakhir kali erupsi pada 23
Juli 1983. Letusan eksplosif yang dahsyat disertai dengan awan panas ke arah
tenggara dan barat daya. Salah satu prekursor dari letusan terakhir ini adalah
terjadi gempa terasa sebanyak 30 – 40 kejadian sejak 8 Juli 1983 hingga
menjelang letusan.
Gempa bumi adalah suatu sentakan yang
disebabkan oleh pelepasan energi yang bersumber dari dalam bumi kemudian
merambat ke permukaan, getarannya dapat dirasakan langsung oleh manusia ataupun
melalui pencatat gempa (seismograf). Secara umum, gempabumi dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain pergerakan lempeng bumi yang menimbulkan gempa
tektonik, letusan gunungapi menghasilkan gempa gunungapi dan runtuhan lapisan
batuan yang disebut gempa runtuhan.
Selain gunung api sulawesi tenga juga mempunyai ancaman
bencana alam seperti: Banjir, Gempabumi, Kebakaran Permukiman,
Kekeringan, Cuaca Ekstrem, gunung api Longsor, Abrasi, Konflik Sosial, Epidemi
dan Wabah Penyakit. Daerah yang rawan terkena ancaman bencana alam adalah
poso, kota palu, Morowali, dan aderah yang intensitas bencana alamnya rendah
adalah Buol, Banggai Kepulauan.
Permukaan tanah di Gorontalo sebagian
besar adalah perbukitan. Oleh karenanya, Gorontalo memiliki banyak gunung
dengan ketinggian yang berbeda. Gunung Tabongo yang terletak di Kabupaten
Boalemo merupakan gunung yang tertinggi dengan ketinggian 2.100 m dari permukaan
laut. Sedangkan Gunung Litu Litu yang terletak di Kabupaten Gorontalo adalah gunung
yang terendah dengan ketinggian 884 dari permukaan laut. Disamping mempunyai banyak
gunung, provinsi ini juga dilintasi banyak sungai, sungai terpanjang adalah
Sungai Paguyaman yang terletak di Kabupaten Boalemo dengan panjang 99,3 Km.
Sedangkan sungai yang terpendek adalah Sungai Huango dan Bionga dengan panjang
masing-masing 24,2 Km, yang terletak di Kabupaten Gorontalo.
Secara umum Provinsi Gorontalo merupakan daera yang rawan
bencana alam, antara lain, Banjir,
Gempabumi, Kebakaran Permukiman, Kekeringan, Longsor, Abrasi.
Dengan daerah Kota Gorontalo, Kab. Bone Bolango dan kab,
Bualemo merupakan daerah yang rawan terkena bencana alam.
Provinsi
Sulawesi Tenggara mempunyai wilayah daratan seluas ± 38.140 Km persegi dan
wilayahperairan (laut ) diperkirakan seluas ± 110.000 Km persegi dengan
kepadatan penduduk mencapai 53 jiwa per km persegi28. Kondisi tanah daerah
Sulawesi Tenggara pada merupakan daerah pegunungan, bergelombang berbukit-bukit.
Kondisi batuan wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara ditinjau dari sudut geologis
terdiri atas batuan sedimen, batuan metamorfosis, dan batuan beku.
Referensi
Kaharuddin MS,
Hutagalung Ronald, dan Nurhamdan. 2011. Perkembangan
Tektonok dab Implikasi Terhadap potensi Gempa Dan Stunama Di Kawasan pulau
Sulawesi. Makasar. PROCEEDINGS JCM MAKASSAR.
BNPB. 2011. Indeks Rawan Bencana Indonesia. Jakarta.
Deputi Bidang Pencegahan Dan Kesiapsiagaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar